Pengetahuan untuk Hidup lebih Baik

LightBlog

Subscribe Youtube & Dapatkan Video Tips Kesehatan Gratis

Monday 23 January 2017

Mekanisme Kerja Sistem Reproduksi Pria

Fungsi utama dari sistem reproduksi pria adalah Produksi sperma (spermatogenesis), Produksi hormon-hormon steroid (steroidogenesis), yaitu berupa hormon androgen (testosteron), Transportasi sperma dalam sistem reproduksi wanita
Fungsi dari sistem reproduksi pria adalah menyalurkan sperma kesaluran reproduksi wanita dalam suatu vehikulum cair yang kondusif untuk viabilitas sperma. Cairan pembawa sperma tersebut disebut semen, yang diproduksi dan disekresi oleh kelenjar seks tambahan (glandula asesoria) yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat  dan  kelenjar bulbouretralis / kelenjar Cowper.
Organ kopulasi pada manusia ialah penis. Kopulasi  harus didahului oleh proses ereksi penis, yaitu proses dimana terjadi pengerasan penis sehingga dapat melakukan penetrasi ke dalam vagina. Ereksi terjadi karena adanya pembesaran jaringan erektil penis akibat vasodilatasi arteriol penis, yang diinduksi saraf parasimpatis serta penekanan vena secara mekanis.
Sperma yang dikeluarkan dari penis pada saat ejakulasi mula-mula berasal dari testis,  kemudian menuju ke vas deferens, duktus ejakulatorius dan keluar melalui uretra.

Alur Hipotalamus - Pituitari – Gonad (HPG)

Alur kerja Hipotalamus-pituitari-gonadotropin

Alur Hipotalamus-Pituitari-Gonad (HPG) memegang peranan penting dalam proses berikut antara lain: Pengembangan fenotipe jenis kelamin saat embriogenesis, Maturasi seksual saat pubertas, Fungsi endokrin pada sintesis testosteron dan sperma.
Pada alur reproduksi, terdapat 2 (dua) golongan hormon yang berperan, yaitu hormon peptida dan hormon steroid. Masing-masing golongan tersebut memiliki cara kerja yang berbeda untuk memberikan respon biologi. Yang termasuk hormon peptida adalah Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle-Stimulating Hormone (FSH), sedangkan yang termasuk hormon steroid adalah testosteron dan estradiol.
Reproduksi yang normal, tergantung pada kerjasama dari beberapa hormon, yang regulasinya harus dikendalikan dengan baik. Mekanisme pengendalian yang utama adalah dengan cara pengendalian umpan balik (feedback control), dimana sintesis dan aktifitas hormon tersebut dapat dikendalikan oleh hormon itu sendiri, bahkan juga dapat mengendalikan hormon lain. (Baca artikel lainnya: Pengobatan Stem Cell Penyakit Jantung)

Komponen Alur HPG

Hipotalamus

Sebagai pusat dari alur HPG, hipotalamus menerima masukan rangsang dari pusat-pusat yang ada di otak, yang akan mensekresi hormon yang merangsang atau menghambat pengeluaran hormon-hormon lain. Secara anatomi, hipotalamus terhubung dengan kelenjar pituitari, sehingga secara langsung hormon-hormon dari hipotalamus bisa masuk ke kelenjar pituitari anterior. Hormon yang berperan pada sistem reproduksi adalah gonadotropin releasing hormone (GnRH) dan luteinizing hormone releasing hormone (LHRH). Fungsi GnRH adalah untuk menstimulasi sekresi hormon LH dan FSH dari kelenjar pituitari anterior.

Pituitari Anterior

GnRH merangsang produksi dan pengeluaran hormon FSH dan LH dari kelenjar pituitari anterior. FSH dan LH berperan dalam proses regulasi fungsi dari testis. Kedua hormon tersebut masing-masing mengandung 2 subunit rantai polipeptida, yang disebut subunit alfa dan beta.  Subunit alfa untuk semua hormon pituitari anterior adalah identik. Aktifitas biologi maupun imunologi ditentukan oleh subunit beta. Perbedaan pada transduksi sinyal ditentukan oleh kandungan oligosakarida dan residu asam sialat dalam masing-masing hormon. Regulasi sekresi LH dilakukan oleh androgen dan estrogen melalui umpan balik negatif.
Didalam testis, LH merangsang steroidogenesis dalam sel Leydig dengan cara menginduksi konversi kholesterol menjadi pregnenolon dan testosteron. FSH terikat pada sel-sel Sertoli dan membran sprematogonial dalam testis dan ini merupakan stimulator utama dari pertumbuhan tubulus seminiferous saat perkembangan. FSH sangat diperlukan pada proses inisiasi spermatogenesis pada saat pubertas. pada pria dewasa, fungsi FSH yang utama adalah merangsang spermatogenesis untuk menghasilkan jumlah sel sperma yang normal.
Hormon prolaktin juga memiliki efek pada alur HPG, yaitu dapat meningkatkan konsentrasi reseptor LH pada sel-sel Leydig, dan mempertahankan kadar testosteron dalam testis agar selalu normal. Selain itu juga dapat memperkuat efek androgen pada pertumbuhan dan sekresi kelenjar-kelenjar seks aksesori pada pria. Kadar prolaktin yang normal diperlukan untuk  mempertahankan tingkat libido. Hiperprolaktinemia dapat menekan gonadotropin dengan mengganggu pengeluaran GnRH. (Baca: Penyebab Terjadinya Kanker)

Testis

Kesuburan dan kemampuan seksual seorang pria memerlukan hormon-hormon eksokrin maupun endokrin dari testis. Semuanya berada dalam kontrol alur HPG. Bagian intersisial testis mengandung sel-sel Leydig yang berfungsi pada proses steroidogenesis. Tubulus seminiferous memiliki fungsi eksokrin untuk memproduksi spermatozoa.
Testosteron diproduksi sekitar 5 g/hari, sekitar 2% dalam keadaan bebas tidak terikat, sehingga siap untuk menjalankan fungsinya secara biologik. Sisanya terikat dengan albumin atau sex hormone-binding globulin (SHBG) dalam sistem peredaran darah (13, 16). Beberapa penyakit dapat meningkatkan kadar SHBG, sehingga kadar testosteron bebas menurun. Selain itu, peningkatan SHBG dapat juga dipicu oleh adanya peningkatan hormon androgen, growth hormone dan obesitas. Kadar SHBG dapat menurun akibat peningkatan hormon estrogen dan hormon tiroid. Produksi testosteron dikontrol secara umpan balik negatif pada alur HPG, dan testosteron tersebut dimetabolisir menjadi 2 macam metabolit aktif yaitu:
  • Dihidrotestosteron (DHT) akibat katalisis dari 5-alfa-reduktase.
  • Estrogen estradiol, sebagai hasil reaksi dengan aromatase.
DHT merupakan androgen yang jauh lebih kuat daripada testosteron. (baca: Gejala Terkena Penyakit Stoke)
Fungsi lain dari testis adalah fungsi eksokrin, dimana testis akan menghasilkan produk-produk yang diperlukan pada pertumbuhan sel-sel germinal. Produk tersebut antara lain berupa androgen-binding protein, transferin, laktat, ceruloplasmin, clusterin, aktifator plasminogen, prostaglandin, dan beberapa faktor pertumbuhan. Produk-produk tersebut dihasilkan oleh sel-sel Sertoli yang ada didalam tubulus seminiferus, yang dipicu oleh adanya FSH. Pada masa pubertas, pertumbuhan tubulus seminiferus ini mulai distimulasi, sehingga saat itu baru mulai menghasilkan sperma. Pada saat dewasa, FSH diperlukan pada proses spermatogenesis

Pengeluaran FSH dari kelenjar hipofisa anterior dapat dihambat oleh inhibin, yaitu suatu protein yang dihasilkan oleh sel Sertoli. Didalam testis, produksi inhibin dipicu oleh FSH, dan regulasinya secara umpan balik negatif . Sekresi FSH dapat ditingkatkan oleh suatu protein yang disebut aktivin, yang juga diproduksi didalam testis. Aktivin memiliki 2 subunit beta yang mirip dengan inhibin.
Baca selanjutnya: Tanaman dan Obat yang menyebabkan pria mandul

Sumber: F.Y. Widodo. Metode Kontrasepsi Pria. Jurnal Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma. Surabaya

No comments:

Post a Comment

Sahabat Pengunjung Sawittoku, Mohon untuk meninggalkan saran agar pengembangan kualitas konten blog dapat lebih ditingkatkan.
Demi kenyamanan maka komentar yang mengandung Sara, Pornografi, Perjudian, Pelecehan ataupun sejenisnya dan mengandung Link akan kami jadikan SPAM.Terima Kasih Atas Perhatiannya